Bagi sebagian orang menjadi seorang guru merupakan profesi yang masih dianggap “Sebelah Mata” bila dilihat dari konteks pendapatan yang diterima. Ketika ada mahasiswa jurusan kependidikan ditanya oleh masyarakat ? “Kamu kuliah jurusan apa ?”, saat mahasiswa itu menjawab, “Saya kuliah di jurusan kependidikan Pak/Bu”, dengan nada yang lirih orang yang bertanya itu menjawab, “Oohh,, mau jadi guru yah ?”, bahkan beberapa ada yang menjawab sambil mengernyitkan dahi seolah bernada “menghibur,meremehkan, dan atau ngadem-ngademi” bahwa jadi guru itu harus sabar, harussiap segalanya, tapi kalo bisa dibarengi dengan usaha lain kalo pengin kaya.
Pernyataan orang tersebut
tidaklah salah karena melihat kenyataan yang ada bahwa profesi guru itu masih
“Kalah Pamor” dibandingkan profesi lain yang lebih bergengsi dan menjanjikan
kehidupan yang layak. Masyarakat menilai bahwa kampus-kampus yang “bonafit”
cenderung mengunggulkan jurusan nonkependidikan sebagai suatu nilai yang
“prestisius”dilihat dari prospek kehidupan di kemudian hari terutama dalam
kebutuhan duniakerja yang memperoleh finansial yang lebih besar. Dimata
sebagian besar rakyat Indonesia, guru SD adalah profesi yang tidak bergengsi. Namun semua mindset itu mulai goyah ketika ada
isu dari pemerintah yang menyebutkan bahwa kesejahteraan guru SD akan sangat
diperhatikan dimasa mendatang.
Guru sebenarnya merupakan sosok yang berada di
masa depan. Proses pembelajaran yang dilakukan sekarang merupakan bentuk masa
depan yang dibawa siswa ketika dewasa. Sosok guru saat ini adalah sosok siswa
masa depan. Untuk itu, guru perlu dengan kekuatan batinnya mengajar dengan
nuansa masa depan agar siswa benar-benar siap menghadapi masa depannya.
Masa depan tidaklah terpisah dengan
masa sekarang karena masa depan sebenarnya merupakan bentuk keberlangsungan
dari masa sekarang. Berikut momen sebagai tanda mengenali masa depan. Pertama,
jika masa sekarang informasi teknologi begitu cepat, banyak, padat, dan
menjangkau, masa depan informasi teknologi itu akan semakin cepat dan lumrah.
Ke depan, informasi teknologi menjadi kebiasaan hidup yang permanen dan primer.
Kedua, saat ini, nilai kemanusiawian begitu penting setelah ditemukannya banyak
varian obat, varian kepedulian diri, varian penghancur manusia, dan varian yang
lainnya. Masa depan berarti, nilai kemanusiawian menjadi prasyarat utama dalam
menjalani kehidupan. Ketiga, kepraktisan saat ini menjadi idola bagi manusia
yang ditandai oleh kebiasaan instan, cepat, mudah, murah, baik, dan lancar.
Untuk itu, masa depan dunia akan diwarnai budaya serba cepat dan manusia ingin
lebih praktis lagi.
Berkaitan dengan hal di atas, Guru
perlu pemahaman tentang informasi teknologi, nilai kemanusiawian, dan
kepraktisan. Siswa yang diajar Guru perlu dibawa ke alam informasi teknologi,
manusiawi, dan praktis.
Guru SD di
masa 5 tahun mendatang harus menguasai banyak pengetahuan (akademik, pedagogik,
sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan,
dan mampu menyelesaikan masalah. Guru tidak boleh hanya datang ke sekolah
melulu untuk mengajar saja. Kemampuan untuk mengelola kelas saja tidak cukup
lagi. Guru diharapkan bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu
mempersiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan global di luar
sekolah. Selain orang tua peran guru dalam mengarahkan masa depan anak didiknya
sangat signifikan. Bisa dibayangkan apa jadinya kalau guru tidak siap
menghadapi semua tantangan dinamika pendidikan sekarang ini, yang nota-bene
masih terus akan berubah.
Realitas di Lapangan
Kemerosotan pendidikan kita sudah terasakan selama bertahun-tahun, untuk
kesekian kalinya kurikulum dituding sebagai penyebabnya. Hal ini tercermin dengan
adanya upaya mengubah kurikulum mulai kurikulum 1975 diganti dengan kurikulum
1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 (KBK) kemudian diganti lagi dengan
kurikulum 2006 (KTSP) .
Nasanius (1998) mengungkapkan bahwa kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan
oleh kurikulum tetapi oleh kurangnya kemampuan profesionalisme guru dan
keengganan belajar siswa. Profesionalisme sebagai penunjang kelancaran guru
dalam melaksanakan tugasnya, sangat dipengaruhi oleh dua faktor besar yaitu
faktor internal yang meliputi minat dan bakat dan faktor eksternal yaitu
berkaitan dengan lingkungan sekitar, sarana prasarana, serta berbagai latihan
yang dilakukan guru.(Sumargi, 1996) Profesionalisme guru dan tenaga
kependidikan masih belum memadai utamanya dalam hal bidang keilmuannya.
Memang jumlah tenaga pendidik secara kuantitatif sudah cukup banyak, tetapi
mutu dan profesionalisme belum sesuai dengan harapan. Banyak diantaranya yang
tidak berkualitas dan menyampaikan materi yang keliru sehingga mereka tidak
atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar
berkualitas (Dahrin, 2000).
Banyak faktor yang menyebabkan kurang profesionalismenya seorang guru,
sehingga pemerintah berupaya agar guru yang tampil di abad pengetahuan adalah
guru yang benar-benar profesional yang mampu mengantisipasi tantangan-tantangan
dalam dunia pendidikan.
Guru sangat mungkin dalam menjalankan profesinya bertentangan dengan hati
nuraninya, karena ia paham bagaimana harus menjalankan profesinya namun karena
tidak sesuai dengan kehendak pemberi petunjuk atau komando maka cara-cara para
guru tidak dapat diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru selalu diinterpensi.
Tidak adanya kemandirian atau otonomi itulah yang mematikan profesi guru dari
sebagai pendidik menjadi pemberi instruksi atau penatar. Bahkan sebagai
penatarpun guru tidak memiliki otonomi sama sekali. Selain itu, ruang gerak
guru selalu dikontrol melalui keharusan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Padahal, seorang guru yang telah memiliki pengalaman mengajar
di atas lima tahun sebetulnya telah menemukan pola belajarnya sendiri. Dengan dituntutnya guru setiap kali mengajar
membuat RPP maka waktu dan energi guru banyak terbuang. Waktu dan energi yang
terbuang ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya.
Yang harus di miliki oleh sosok guru masa depan:
1.
Kompetensi
Seorang
figure guru masa depan harus memiliki keterampilan dasar pembelajaran,
kualifikasi keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar
kelas tidak diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan
profesinya, dan akan tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
2.
Kepribadian
a. Planner
Artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas,
program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan
seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program Semester, Satuan Pelajaran,
LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap
pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal, dan tentunya apa dan bagaimana
rencana yang dilakukan, dan sudah terprogram secara baik;
b. Inovator
Artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan
dan pembaharuan dimaksud berkenaan dengan pola pembelajaran, termasuk di
dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, system dan alat evaluasi, serta
nurturant effect lainnya. Secara individu maupun bersama-sama mampu untuk
merubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal, dengan
merubah kepada pola baru pembelajaran, maka akan berdampak kepada hasil yang
lebih maksimal;
c. Motivator
Artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk
terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada
anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh
gurunya;
d. Capable
personal
Maksudnya guru diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan
memadai sehinga mampu mengola proses pembelajaran secara efektif;
e. Developer
Artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri, dan
tentunya mau pula menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya
dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba ketrampilan, dan
bersikap peka terhadap perkembangan IPTEKS, misalnya mampu dan terampil
mendayagunakan computer, internet, dan berbagai model pembelajaran multi media.
3.
Kemampuan Sosial
Guru masa depan adalah guru bertindak sebagai
fasilitator; pelindung; pembimbing dan punya figur yang baik (disiplin, loyal,
bertanggung jawab, kreatif, melayani sesuai dengan visi, misi yang diinginkan
sekolah); termotivasi menyediakan pengalaman belajar bermakna untuk mengalami
perubahan belajar berdasarkan keterampilan yang dimiliki siswa dengan berfokus
menjadikan kelas yang konduktif secara intelektual fisik dan sosial untuk
belajar; menguasai materi, kelas, dan teknologi; punya sikap berciri khas “The
Habits for Highly Effective People” dan “Quantum Teaching” serta pendekatan
humanis terhadap siswa; Guru menguasai komputer, bahasa, dan psikologi mengajar
untuk diterapkan di kelas secara proporsional.
Jadi, Sosok Guru SD Masa Depan adalah seorang guru yang tidak
hanya mengajar tapi juga mampu mendidik dan membentuk pribadi peserta didik
yang baik. Dia memiliki sifat-sifat kenabian (Siddiq, tabligh, amanah,
fatonah), dan memiliki akhlak terpuji. Menjunjung kejujuran, dan
bertanggungjawab terhadap tupoksinya, serta ikhlas menjalankan kewajiban.
Menyayangi anak dengan sepenuh hatinya, mampu bekerjasama dengan teman sejawat,
dan berwawasan luas dengan banyak membaca, senang menulis, dan mengupgrade
diri.
Sosok Guru SD Masa Depan adalah guru SD yang dapat memahami dan mengerti segala
tingkah laku siswa Sekolah Dasar di
sekolah. Dia dapat memberikan kenyamanan bagi peserta didiknya sehingga ilmu
yang diberikan dapat diserap dan bermanfaat bagi peserta didiknya. Dia mampu
memberi teladan yang baik untuk muridnya. Guru yang bertanggungjawab terhadap
anak, dan loyal terhadap tugas-tugas yang diberikan serta dilaksanakan dengan
penuh dedikasi tinggi.
Selain itu, sosok guru SD masa depan juga merupakan sosok
guru SD yang seharusnya memiliki keterampilan dasar pembelajaran, kualifikasi
keilmuannya juga optimal, performance di dalam kelas maupun luar kelas tidak
diragukan. Tentunya sebagai guru masa depan bangga dengan profesinya, dan akan
tetap setia menjunjung tinggi kode etik profesinya.
Oleh sebab itu, untuk menjadi guru masa depan diperlukan
kualifikasi khusus, dan barangkali tidak akan terlepas dari relung hati dan
sanubarinya, bahwa mereka memilih profesi guru sebagai pilihan utama dan
pertama. Weternik memberikan dengan istilah rouping atau “pangilan hati nurani”
Rouping inilah yang merupakan dasar bagi seseorang guru untuk menyebutkan
dirinya sebagai “GURU MASA DEPAN”.
Guru (SD) masa kini dan masa depan, akan selalu berhadapan
dengan tantangan perkembangan zaman yang kian berat dan kompleks. Untuk itu
para guru harus memiliki dua kompetensi yaitu karakter guru profesional dan
modal kecerdasan emosi yang memadai serta tangguh. Kedua kompetensi tersebut
harus sejak dini dibekalkan oleh institusi penghasil calon guru (LPTK) melalui:
1) penciptaan ekologi kampus yang demokratis, humanis-religius,
ilmiah, dan berorientasi pada kualitas
2) penciptaan kampus yang memberdayakan mahasiswa
3) memfasilitasi terjadinya kolaborasi antara para guru (calon
guru) sehingga terjadi berbagi pengalaman
4) melibatkan mahasiswa sejak dini dan secara intens ke dalam
pedagogi kasih sayang dalam pengelolaan pembelajaran
5) mencipatakn lingkungan kampus serta melakukan studi dan
layanan bagi upaya pengenalan dan pengembangan profil kecerdasan emosi
mahasiswa calon guru (SD).